Senin, 30 Mei 2011

Emosi yang merusak

pagi ini mendapat share motivation di beberapa milis dari Adriani Vivi Viatra ( maap kalo salah tulis nama), mengenai seorang anak yang sulit menahan emosinya. ia diminta sang ayah untuk menancapkan sebuah paku ke pagar ketika sang anak ingin marah. sang anak pun melakukan apa yang diminta sang ayah. selang waktu, sang anak makin sedikit menancapkan paku ke pagar tersebut, sampai akhirnya dia bisa tidak menancapkan paku sama sekali dalam satu hari. lalu sang anak memberitahukan kepada ayahnya akan hal tersebut. sang ayah meminta anak tersebut untuk mencabut satu paku jika dalam satu hari sang anak dapat menahan amarahnya. selang waktu, sang anakpun berhasil mencabut semua paku dari pagar tersebut, dan kembali kepada ayahnya. sang ayah mengajak anaknya untuk melihat pagar yang telah bersih dari paku-paku, dan tampak banyak lubang di pagar tersebut.

apa arti cerita di atas? seringkali kita dengan mudahnya meluapkan emosi kita tanpa pikir panjang terlebih dahulu (saya sendiri merasakannya). dengan se enak kita, kita lepaskan amarah kita kepada seseorang, padahal belum tentu orang itu bersalah. dan setelah marah kita selesai, tak jarang kita meminta maaf, namun apakah maaf itu cukup? ternyata tidak. masih banyak lubang-lubang dihati yang tidak tertutup hanya dengan mencabut paku-paku yang kita tancapkan.

bijaksanalah dalam menggunakan emosi kita, karena semuanya akan meninggalkan bekas dalam hati seseorang. benci, amarah, takut, bahkan emosi- emosi positif pun akan meninggalkan lubang yang dalam jika diberikan pada waktu yang tidak tepat.

Cinta, salah satu emosi positif (seharusnya) namun apa yang terjadi ketika seseorang mengalami yang namanya patah hati? cinta yang dirasakan dalam hatinya adalah perasaan yang bagai 1000 jarum yang menusuk setiap detiknya. rasa sakit, bahkan akan meninggalkan bekas yang teramat dalam, yang belum tentu dapat tertutup kembali ketika hati kita mulai pulih.

lalu apa yang dapat kita lakukan untuk menutup lubang-lubang yang tertinggal dalam hati kita?
saya sendiri kurang yakin dapat menjawab hal ini, namun yang pasti mendekatkan diri kepada sang pencipta, merasakan kembali kasih karuniaNya dalam hidup kita, dan luka-luka kitapun akan sedikit demi sedikit tertutup dan terobati.

Hal yang mungkin mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan, namun ketika kita mulai berani membuka kembali hati kita, mulai kembali merasakan cintaNya yang besar bagi kita, semuanya akan terobati dan kita akan melihat hasil rancanganNya yang indah dalam hidup kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar